Setiap tahun, pada tanggal 21 Maret dan 23 September, terjadi apa yang disebut sebagai equinox. Equinox adalah saat matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa, sehingga siang dan malam memiliki durasi yang sama. Peristiwa ini sering kali dirayakan dan dijadikan tradisi di berbagai negara di dunia.
Salah satu negara yang merayakan equinox dengan penuh kegembiraan adalah Meksiko. Di sana, equinox dikenal dengan sebutan “La Serpiente de Luz” atau Ular Cahaya. Pada saat equinox, ribuan orang berkumpul di piramida-piramida kuno seperti Chichen Itza dan Teotihuacan untuk menyaksikan fenomena langka ini. Mereka mempercayai bahwa matahari akan melewati piramida dan menciptakan bayangan yang menyerupai ular.
Di Jepang, equinox dikenal dengan nama “Higan”. Pada saat Higan, orang Jepang mengunjungi makam leluhur mereka untuk berdoa dan memberikan sesaji. Mereka juga membuat tumpukan batu di dekat makam sebagai simbol keabadian dan kesinambungan kehidupan.
Di India, equinox dirayakan sebagai festival Navaratri. Festival ini berlangsung selama sembilan hari dan diakhiri dengan Durga Puja, di mana masyarakat memuja Dewi Durga sebagai lambang kekuatan dan keberanian. Selama Navaratri, masyarakat India juga mengadakan pertunjukan tari tradisional dan pameran seni.
Di Indonesia, equinox tidak memiliki tradisi yang khusus, namun masyarakat Hindu dan Buddha biasanya merayakan dengan melakukan persembahan dan meditasi. Mereka memanfaatkan momen equinox untuk berintrospeksi dan mencari keseimbangan dalam hidup mereka.
Perayaan dan tradisi equinox di berbagai negara memperlihatkan keberagaman budaya dan kepercayaan di seluruh dunia. Meskipun setiap negara memiliki cara yang berbeda dalam merayakan equinox, namun kesamaan yang terlihat adalah semangat untuk menghormati alam dan menghargai keajaiban alam yang terjadi di bumi ini.