Nona Rara dan Tuku adalah dua gadis muda yang memiliki minat yang sama dalam melestarikan tradisi Indonesia. Mereka telah lama tertarik pada seni pertunjukan wayang kulit, dan mereka berdua memiliki impian untuk menjaga keberlanjutan tradisi ini. Untuk mewujudkan impian tersebut, mereka bekerja sama dengan seorang dalang cilik bernama Bilal.
Bilal adalah seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang sudah mahir dalam seni pertunjukan wayang kulit. Meskipun usianya masih muda, Bilal memiliki bakat yang luar biasa dan telah tampil di berbagai acara seni tradisional. Karena kecintaannya pada seni wayang kulit, Bilal bersedia untuk mengajari Nona Rara dan Tuku tentang teknik-teknik yang diperlukan dalam pertunjukan wayang kulit.
Sejak pertemuan pertama mereka, Nona Rara dan Tuku langsung merasa terinspirasi oleh semangat dan dedikasi Bilal dalam melestarikan tradisi wayang kulit. Mereka belajar dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras untuk menguasai semua teknik yang diajarkan oleh Bilal. Mereka juga sering berlatih bersama-sama untuk memperbaiki kemampuan mereka dalam bermain wayang kulit.
Selain belajar teknik-teknik dasar, Nona Rara dan Tuku juga belajar tentang cerita-cerita tradisional yang sering diperankan dalam pertunjukan wayang kulit. Mereka belajar tentang tokoh-tokoh dalam cerita wayang kulit, serta makna-makna filosofis yang terkandung dalam setiap cerita tersebut. Mereka juga belajar tentang peran seorang dalang dalam mempertunjukkan cerita wayang kulit kepada penonton.
Dengan bimbingan dari Bilal, Nona Rara dan Tuku semakin percaya bahwa mereka dapat menjadi generasi penerus dalam melestarikan tradisi wayang kulit. Mereka berdua berkomitmen untuk terus belajar dan berkembang dalam seni wayang kulit, serta aktif dalam memperkenalkan seni tradisional ini kepada masyarakat luas. Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, Nona Rara dan Tuku yakin bahwa mereka dapat menjaga keberlanjutan tradisi wayang kulit untuk generasi yang akan datang.