Kejang pada anak adalah kondisi yang seringkali menakutkan bagi orangtua. Salah satu penyebabnya adalah reaksi terhadap obat resep yang diberikan kepada anak. Baru-baru ini, sebuah studi di Amerika Serikat menemukan bahwa kasus kejang akibat obat resep meningkat dua kali lipat dalam beberapa tahun terakhir.
Penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menemukan bahwa antara tahun 2008 dan 2015, kasus kejang akibat obat resep pada anak meningkat dari 6,1 per 1000 anak menjadi 12,6 per 1000 anak. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan obat resep pada anak perlu dipantau dengan lebih cermat.
Kejang pada anak bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk reaksi terhadap obat-obatan. Obat-obatan tertentu, seperti antibiotik, antidepresan, dan obat penenang, dapat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan pada sistem saraf anak, yang pada akhirnya dapat memicu kejang.
Para orangtua perlu lebih waspada terhadap efek samping obat yang diberikan kepada anak. Sebelum memberikan obat resep kepada anak, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau apoteker. Jika anak mengalami kejang setelah mengonsumsi obat, segera bawa anak ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Selain itu, penting untuk selalu mengikuti petunjuk penggunaan obat yang diberikan oleh dokter atau apoteker. Jangan pernah memberikan dosis obat yang lebih tinggi dari yang dianjurkan, dan jangan pula menghentikan penggunaan obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu.
Keselamatan dan kesehatan anak adalah prioritas utama bagi setiap orangtua. Dengan lebih waspada terhadap efek samping obat resep, diharapkan kasus kejang pada anak akibat obat dapat diminimalkan dan anak-anak bisa tumbuh dan berkembang dengan sehat dan bahagia.